Konsep berpikir kritis dalam
keperawatan.
a. Pengertian berpikir kritis.
Berpikir kritis
adalah proses kognitif yang aktif dan terorganisasi yang digunakan untuk
mengetahui pikiran seseorang dan pemikiran terhadap orang lain (Chaffe, 2002).
Berpikir kritis tidak hanya memerlukan kemampuan kognitif, tetapi
juga kebiasaan sesorang untuk bertanya, mempunyai hubungan yang baik, jujur,
dan selalu mau untuk berpikir jernih tentang suatu masalah (Facione,1990). Jika
diterapkan pada keperawatan, maka inti dari berpikir kritis menunjukan proses
pengambilan keputusan yang klinis yang kompleks. Perawat yang menerapkan
pemikiran kritis dalam bekerja akan fokus terhadap penyelesaian masalah dan
membuat keputusan, serta tidak akan membuat keputusan yang terburu – buru
ataupun ceroboh.
b. Berpikir dalam
proses belajar.
Belajar merupakan proses
sepanjang hidup. Perkembangan intelektual dan emosional kita meliputi
pembelajaran terhadap pengetahuan baru dan memperbaiki kemampuan
kita untuk berpikir, menyelesaikan masalah, serta membuat keputusan.
Untuk belajar, kita harus bersikap fleksibel dan selalu terbuka pada semuaa
informasi baru. Ilmu keperawatan berkembang sangat cepat dan akan selalu ada
informasi yang baru dapat diterapkan dalam praktik. Makin banyak pengalaman dan
penerapan pengetahuan yang kita pelajari akan membuat kita menjadi lebih baik
dalam membuat asumsi, mengemukakan ide, dan membuat kesimpulan.
c. Model berpikir
kritis.
Komponen pertama
dari model pemikiran kritis adalah pengetahuan dasar spesifik perawat.
Pengetahuan ini bervariasi bergantung pada pengalaman pendidik, termasuk
pendidikan dasar keperawatan, khusus pendidikan berkelanjutan, dan kuliah
tambahan. Sebagai tambahan dibutuhkan inisiatif perawat untuk membaca literatur
keperawatan sehingga dapat mengikuti perkembangan terahirdalam ilmu
keperawatan. Sebagai perawat pengetahuan dasar anda meliputi informasi dan
teori keperawatan. Perawat mengunakan pengetaahuan dasar mereka dengan jalan
yang berbeda dengan disiplin ilmu kesehatan yang lain karena mereka memikirkan,
masalah klien secara holistic. Sebagai contoh pengetahuan luar seorang perawat
akan memperhatikan segi fisik, psikologi, moral, etik, dan budaya dalam perawat
seorang klien.
d. Berpikir kritis
dalam keperawatan.
Sebagai perawat,
Anda akan menghadapi berbagai macam situasi klinis yang berhubungan klien,
anggotakeluarga, staf pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Penting untuk
berfikir cerdas dalam setiap situasi. Untuk berfikir cerdas, Anda harus
mengembangkan cara berfikir kritisdalam meghadapisetiap masalah dan pengalaman
baru yang menyangkut klien degan cara berfikiran terbuka, kreatif, percaya
diri, dan bijaksana. Jika klien mengeluhkan gejala yang baru, meminta Anda
untuk menenangkan mereka, atau meminta suatu tindakan, maka diperlukan
pemikiran krtitis dan pengambilan keputusan yang tepat, sehingga klien sebisa
mungkin mendapatkan perawatan yang terbaik. Berpikir kritis bukan merupakan hal
yang udah atau proses linear yang dapat dipelajari dalam satu malam, melainkan
proses yang harus diperoleh melalui pengalaman, komitmen, dan rasa ingin tahu
yang besar.
Menganalisis sejarah keperawatan.
Sejarah keperawatan nasional
dan international.
a. Perkembangan Keperawatan Di Dunia.
Secara naluriah
dapat dikatakan bahwa keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia
yaitu Adam dan Hawa. Keberadaanya tidak pernah di pungkiri. Oleh karena itu
perkembangan keperawatan, termasu keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak
dapat di pisahkan dan sangat di pengaruhi oleh perkembangan struktur dan
kemajuan peradaban manusia.
b. Perkembangan Keperawatan Di Inggris.
Perkembangan
keperawatan di Inggris sangat penting untuk kita pahami, karena Inggris melalui
Florence Nightingle telah membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan
keperawatan yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain. Florence
Nightingle, lahir dari keluarga kaya dan terhormat pada tahun 1820 di Flronce
(Italia). Setahun setelah kelahirannya, keluarga Florence kembali ke Inggris.
Di Inggris Florence mendapatkan pendidikan sekolah yang baik sehingga ia mampu
menguasai bahasa Perancis, Jerman, dan Italia. Pada usia 31 tahun Florence
mengikuti kursus pendidikan perawat di Keiserwerth (Italia) dan Liefdezuster di
Paris, dan setelah pendidikan ia kembali ke Inggris. Kontribusi
Florence Nightingle bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa
nutrisi merupakan satu bagian penting [dari asuhan keperawatan, meyakinkan
bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit,
mengidentifikasi kebutuhan personal klien dan peran perawat untuk memenuhinya,
menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan suatu standar okupasi
bagi klien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan, menetapkan 2 (dua)
komponen keperawatan, yaitu: kesehatan dan penyakit. Meyakinkan bahwa
keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dan berbeda dengan profesi kedokteran
dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat.
c. Perkembangan Sejarah Keperawatan Di Indonesia.
- Zaman Kuno.
Seperti juga di Negara-negara lainnya
keperawatan diserahkan kepada perempuan yang merawat keluarganya Penyakit
dianggap perbuatan setan yaitu dukun, cara pengobatan dengan menggunakan
daun-daunan
- Zaman penjajahan Belanda.
Pertama, masa sebelum
kemerdekaan, pada masa itu negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda.
Perawat Indonesia disebut sbg verpleger dengan dibantu
oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat
tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di
Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan
tentara Belanda. Orang-orang Belanda datang ke Indonesia pertama kali dengan
maksud untuk berdagang. Dalam usaha perdagangannya itu di bentuklah VOC.
Sehubungan dengan adanya staf dan tentara maka dua usaha kesehatan. Untuk itu
didirikanlah rumah sakit yang pertama yang bernama " Binnen Hospital
" didirikan pada tahun 1641 bertempat di Batavia ( sekarang Jakarta)
Tenaga perawatannya diambil dari penduduk pribumi ( Bumi Putera ) yang diberi
nama Zieken oppaser ( penjaga orang sakit) Rumah sakit ini dibawah pengawasan
dokter militer.
2.1.2 Keperawatan sebagai
profesi.
a. ciri – ciri profesi.
Menurut Shortridge adalah sebagai berikut :
a. Berorientasi pada
pelayanan masyarakat
b. Pelayanan
keperawatan yang diberikan di dasarkan pada ilmu pengetahuan
c. Adanya otonomi
d. Memiliki kode etik
Menurut prof. Ma’rifin Husin adalah sebagai berikut :
a. Memberi pelayanan
atau asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu dan keterampilan
serta kode etik keperawatan
b. Telah lulus dari
pendidikan pada jenjang perguruan tinggi sehingga diharapkan mampu untuk
bersikap profesional, mempunyai pengetahuan dan keterampilan profesional,
memberi pelayanan asuhan keperawatan profesional, dan menggunakan etika
keperawatan dalam memberi pelayanan
C. Mengelola ruang lingkup
keperawatan berikut sesuai dengan kaidah suatu profesi dalam bidang
keseaahatan, yaitu :
1. Sistem pelayanan
atau asuhan keperawatan.
2. Pendidikan atau
pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berlanjut.
3. Perumusan standar
keperawatan ( asuhan keperawatan, pendidikan keperawatn registrasi/legislasi ).
4. Melakukan riset
keperawatan oleh perawat pelaksana secara terencana dan terarah sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara singkat keperawatan sebagai
suatu profesi setidaknya harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Ø Mempunyai ilmu pengetahuan dan dikembangkan secara terus menerus
melalui penelitian
Ø Memiliki standar pendidikan
Ø Pelayanan dan praktek keperawatan
Ø Memiliki otonomi dan organisasi profesi
Ø Mempunyai kode etik profesi
2.1.2 Profil Keperawatan
Profesional.
Profil keperawatan
Profesional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh perawat dalam melakukan
aktifitas keperawatan sesuai kode etik keperawatan.
a. Peran pelaksana
dalam melaksanakan
peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector dan advocat,
communicator serta rehabilitator.
• Comforter : perawat
berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada klien.
• Protector dan
advocat : kemampuan perawat melindungi dan menjamin agar hak dan kewajiban
klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
• Communicator :
perawat bertindak sebagai mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan
lainnya, berkitan pula dengan keneradaan perawat mendampingi klien sebagai
pemberi ashuan keperawatan selama 24 jam.
b. Peran sebagai pendidik.
perawat berperan
mendidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, serta tenaga keperawatan
atau tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Peran ini dapat
berupa penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, kluarga, kelompok atau
masyarakat) maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperwatan,
antara sesama perawat atau tenag kesehatan lain.
c. Peran sebagai pengelola.
berperan dalam memantau dan menjamin
kualitas asuhan/pelayan keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan
sistem pelayanan keperawatan.
d. Peran sebagai peneliti.
Berperan dalam
mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsif dan metode penelitian
serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau
pelayanan dan pendidikan keperawatan.
Menganalisis
prinsip – prinsip pendekatan secara holistic dalam konteks keperawatan.
Konsep dan teori keperawatan.
a. Teori keperawatan.
Teori keperawatan
didefenisikan oleh Steven (1984), sebagai usaha untuk menguraikan dan
menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan (dikutip dari Taylor. C.,
1989). Teori keperawatan beerperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin
ilmu lain dan bertujuan untuk mengambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan
mengontrol hasil asuhan dan pelayanan perawatan yang dilakukan. Menurut Newman
(1979), ada tiga cara pendekatan dalam pengembangan dan pembentukan teori
keperawatan yaiti meminjam teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan
dengan tujuan untuk mengintegrasikan teori-teori ini kedalam ilmu keperawatan,
menganalisa situasi praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep yang
berkaitan dengan praktik keperawatan, seerta menciptakan suatu
kerangka konsep yang memungkinkan pengembangan teori keperawatan.Tujuan
pengembangan teori keperawatan adalah menumbuh kembangkan pengetahuan yang
diharapkan dapat membantu dan mengembangkan praktek keperawatan dan pendidikan
keperawatan.
b. Karakteristik dasar teori
keperawatan.
Meskipun banyak
penulis yang membahas teori keperawatan, tulisan Torres (1985) dan Chinn dan
Jacob (1983), secara jelas menegaskan karakteristik dasar teori keperawatan.
Menurut mereka, ada lima karakteristik dasr teori keperawatan yaitu:
Pertama, teori
keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang spesifik
dari konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konseo
sehat-sakit, keperawatan dan konsep lingkungan.
Kedua, teori keperawatan
harus bersifat ilmiah. Artinya teori keperawatan digunakan dengan alasan atau
rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang
logis.
Ketiga, teori keperawatan
bersipat sederhana dan umum. Artinya teori keperawatan dapat digunakan pada
masalah yang sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai dengan
situasi praktik keperawatan.
Keempat, teori keperawatan
berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan yang dilakukan melalui
penilitian.
Kelima, teori keperawatan
menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas praktik keperawatan.
c. Konsep dan teori dalam
keperawatan.
Teori keperawatan
pada dasarnya terdiri atas empat konsep yang berpengaruh dan menentukan
kualitas praktik keperawatan yaitu konsep manusia, keperawatan, konsep
sehat-sakit dan konsep lingkungan. Meskipun keempat konsep digunakan pada
setiap teori keperawatan, akan tetapi pengertian dan hubungan antara konsep ini
berbeda antara teori yang satu dengan teori yang lain. Berikut ini diuraikan
beberapa teori keperawatan.
- Sister Calista Roy:
Model Adaptasi Roy
Pada tahun 1964 model ini banyak di
gunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan.
Model adaptasi roy adalah system model yang esensial dalam keperawatan. Asumsi
dasar model ini adalah:
1. Individu adalah
mahluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan
sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan
social.
2. Setiap orang selalu
menggunakan koping, baik yang bersifat positif maupun negative untuk dapat
beradaptasi. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen
yaitu penyebab utama terjadinya perubahan, kondisi dan situasi yang ada serta
keyakinandan pengalaman dalam beradaptasi.
3. Setiap individu
berespons terhadap kubutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang
positif, kemampuan untuk hidup mandiri atau kemandirian serta kebutuhan akan
kemampuan melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara
intergritas diri.
4. Individu selalu
berada pada rentang sehat sakit, yang berhubungan erat dengan
keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi.
Menurut roy,
respons yang menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan adanya suatu
kebutuhan dan menyebabkan individu berespons terhadap kebutuhan tersebut
melalui upaya atau perilaku tertentu. Menurutnya, kebutuhan fisiologis meliputi
oksigenisasi dan sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, makanan , tidur
dan istirahat, pengaturan suhu, hormonal dan fungsi sensoris. Kebutuhan akan
konsep diri yang positif berfokus pada persepsi diri yang meliputi kepribadian,
norma, etika dan keyakinan seseorang. Kemandirian lebih di fokuskan pada
kebutuhan dan kemampuan melakukan interaksi social termasuk kebutuhan akan
dukungan orang lain. Peran dan fungsi optimal lebih difokuskan pada perilaku
individu dalam menjalankan peran dan fungsi yang diembannya.
Singkatnya, Roy
menegaskan bahwa individu adalah mahluk biopsikososial sebagai satu kesatuan
utuh yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan. Individu selalu berinteraksi secara konstan atau selalu beradaftif
terhadap perubahan lingkungan. Roy mengidentifikasi lingkungan sebagai semua
yang ada disekeliling kita dan berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Sehat
adalah suatu keadaan atau proses dalam menjaga integritas diri. Menurutnya,
peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi terhadap perubahan yang ada.
- Teori Martha E.
Roger
Teori Roger
didasarkan pada pengetahuan tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti
antropologi, sosiologi, astronomi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan
mitologi. Teori ini berfokus pada proses kehidupan manusia. Menurutnya
kehidupan seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hidup manusia dan poola
pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Asumsi dasar teori
roger tentang manusia adalah:
1. Manusia adalah
kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.
2. Manusia
berinteraksi langsung dengan lingkungan di sekelilingnya.
3. Kehidupan setiap
manusia adalah sesuatu yang unik. Jalan hidup seseorang berbeda dengan orang
lain.
4. Perkembangan
manusia dapat di nilai dari tingkah lakunya.
5. Manusia diciptakan
dengan karakteristik dan keunikan tersendiri. Misalnya dalam hal sifat dan emosi.
Secara singkat
disimpulkan bahwa teori Roger berfokus pada manusia sebagai satu kesatuan yang
utuh dalam siklus kehidupannya. Menurutnya, lingkungan adalah segala hal yang
berada di luar diri individu.
- Teori Dorothy E.
Johnson
Dorothy E. Johnson
meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu individu
memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efesien untuk mencegah timbulnya
penyakit. Manusia adalah mahluk yang utuh dan terdiri dari dua system yaitu
system biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah
system eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang
dikatakan sehat jika mampu berespons adaptif baik pisik, mental, emosi, dan
social terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan harapan dapat
memelihara kesehatannya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu
keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang
dilakukan ketika ia sakit.
- Teori Dorothea E.
Orem
Menurut orem,
asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai
kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi
kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya. Oleh karena itu
teori ini dikenal sebagai self Care/Self care Defisit. Ada
tiga prinsip dalam perawatan diri sendiri atau perawatan mandiri.
1. Perawatan mandiri
yang dilakukan bersifat holistic meliputi kebutuhan oksigen, air, makanan,
eliminasi, aktifitas dan istirahat, mencegah trauma serta kebutuhan hidup
lainya.
2. Perawatan mandiri
yang dilakukan harus sesuai dengan tumbuh kembangnya manusia.
3. Perawatan mandiri
dilakukan karena adanya masalah kesehatan atau penyakit untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan.
Asuhan keperawatan
mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantungan atau kebutuhan
dan kemampuan pasien. Oleh karena itu terdapat tiga tingkatan dalam asuhan
keperawatan mandiri.
1. Perawat memberi
perawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat
ketergantungan pasien yang tinggi.
2. Perawat dan pasien
saling berkolaborasi dalam melakukan tindakan keperawatan.
3. Pasien merawat diri
sendiri dengan bimbingan perawat.
- Model Betty Neuman
Model neuman
berfokus pada individu dan respons atau reaksi individu terhadap stress
termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi dan kemampuan adapts pasien. Menurut
neuman asuhan keperawatan dilakukan untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh
akibat adanya stressor. Peran ini disebut pencegahan penyakit yang terdiri dari
pencegahan primer, sekunder,dan tersier. Pencegahan primer meliputi tindakan
keperawatan untuk mengidentifikasi adanya stressor, mencegah terjadinya reaksi
tubuh karena adanya stressor serta mendukung koping pasien yang konstruktif.
Pencegahan sekunder seperti tindakan keperawatan untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnya karena adanya stressor.
Sedangkan pencagahan tersier meliputi pengobatan rutin dan teratur serta
pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi dari suatu penyakit.
- Kerangka Konsep
Imogene M King
Kerangka ini di
kenal sebagai kerangka system terbuka. Asumsi yang mendasari kerangka ini
adalah:
1. Asuhan keperawatan
berfokus pada manusia termasuk berbagai hal yang mempengaruhi kesehatan
seseorang.
2. Tujuan asuhan
keperawatan adalah kesehatan bagi individu, keloompok dan masyarakat.
3. Manusia selalu
berinteraksi secara konstan terhadap lingkungan.
Menurut King tujuan
pemberian asuhan keperawatan dapat tercapai jika perawat dan pasien saling
bekerjasama dalam mengidentifikasi masalah serta menetapkan tujuan bersama yang
hendak dicapai.
- Teori Myra E Levine
Teori Levine
berfokus pada interaksi manusia. Asumsi dasar Teori Levin adalah:
1. Pasien membutuhhkan
pelayanan keperawatan atau kesehatan jika mempunyai masalah kesehatan.
2. Perawat bertanggung
jawab untuk mengenali respons/reaksi dan perubahan tingkah laku serta perubahan
fungsi tubuh pasien. Respons pasieen terjadi ketika ia mencoba beradaptasi
dengan perubuhan lingkungan atau suatu penyakit. Bentuk respons tersebut dapat
bearupa khetakutan, stress, inflamasi dan respons panca indra.
3. Fungsi perawat
adalah melakukan intervensi keperawatan serta membina hubungan terapeutik. Intervensi
keperawatan bertujuan untuk membantu meningkatkan kesehatan dan mencegah
penyakit serta memperbaiki status kesehatan.
2.3.2 Paradigma keperawatan.
a. Konsep Manusia.
Manusia adalah biopsikososial dan
spritual yang utuh, dalm arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani
dan rohani dan unik karena mempuyai berbagai macam kebutuhan sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
Manusia selalu
berusaha untuk memahami kebutuhannya melalui berbagai upaya antara lain
dengan selalu belajar dan mengembangkan sumber-sumber yang diperlukan sesuai
dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Pandangan tentang manusia
dipengerahi oleh falsafah dan kebudayaan suatu bangsa. Contoh bangsa rusia
terutama penduduk asli dan tradisonal tidak menganut suatu agama (atheisme
) Sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dan pratek
keperawatan, manusia adalah klien yang dibedakan menjadi individu,keluarga, dan
masyarakat.
b. Individu sebagai klien.
Individu adalah
anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi,
sosial, dan spiritual. Peran perawat kepada induvidu sebagai klien, pada
dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial,
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan pisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien.
c. konsep sehat sakit.
Rentang ini
merupakan suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis
dan selalu berubah dalam setiap waktu. Melalui rentang ini dapat diketahui
batasan perawat dalam melakukan praktek keperawatan dengan jelas.
- Rentang Sehat
Batasan sehat itu
dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental,
dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
- Tahapan Proses
Sakit
1) Tahap gejala
2) Tahap asumsi
terhadap penyakit
3) Tahap kontak dengan
pelayanan kesehatan
4) Tahap
ketergantungan
5) Tahap penyembuhan
- Dampak Sakit
1) Terjadi perubahan
peran pada keluarga
2) Terjadinya gangguan
psikologis
3) Masalah keuangan
4) Kesepian akibat
perpisahan
5) Terjadinya
perubahan kebiasaan sosial
6) Terganggunya
privasi seseorang
7) Otonomi
8) Terjadinya
perubahan sosial
- Perilaku Pada Orang
Sakit
1) Adanya perasaan ketakutan
2) Menarik diri
3) Egosentris
4) Sensitif terhadap
persoalan kecil
5) Reaksi emosional
tinggi
6) Perubahan persepsi
d. konsep lingkungan.
Lingkungan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah ( kawasan dsb) yang termasuk didalamnya. lingkungan
adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia dan
mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan. Konsep
tentang lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada lingkungan masyarakat
yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial budaya dan spritual.
1) Lingkungan Fisik
yang dimaksud adalah segala bentuk lingkungan secara fisik yang dapat
mempengaruhi perubahan status kesehatan, contohnya adanya daerah-daerah wabah,
lingkungan kotor, pembuangan air limbah, sampah dan lain-lain.
2) Lingkungan
Psikologis artinya keadaan yang menjdikan terganggunya psikologis seseorang
seperti lingkungan yang kurang aman, yang mengakibatkan kecemasan dan ketakutan
akan bahaya yang ditimbulkan.
3) Lingkungan Sosial
budaya dan spritual dalam hal ini adalah masyarakat luas serta budaya yang ada
juga dapat mempergaruhi status kesehatan seseorang serta adanya kehidupan,
spritual juga mempengaruhi perkembangan seseorang dalam kehidupan beragama
serta meningkatkan keyakinan.
Untuk memahami hubungan lingkungan
dengan kesehatan masyarakat (individu, keluarga, kelompok, dan komunitas) dapat
digunakan model segitiga agen-hospes-lingkungan atau agent-host-enviroment
triangel model yang di kemukakan oleh Leavell 1965. ketiga komponen saling
berhubungan dan dapat berpengaruh terhadap status kesehatan penduduk
Model ini dapat digunakan untuk
memprediksi atau memperkirakan penyakit atau faktor yang beresiko tinggi
menyebabkan terjadinya masalah kesehatan sehingga membantu perawat meningkatkan
kesehatan dam mncegahnya timbul penyakit serta memelihara kesehatan masyarakat.
- Model Leavell
meliputi : agen, hospes dan lingkungan
1. Agen adalah suatu
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit. Seperti faktor biologi,
kimiawi, fisik, mekanik atau psikologis ( kuman penyakit seperti bakteri,
virus, jamur, dan cacing). Senyawa kimia yang menyebabkan polusi
udara dan air, lingkungan kerja yang berpontensi menimbulkan kecelakaan kerja,
serta stres yang berkepanjangan.
2. Hospes/ Manusia adalah mahluk
hidup yaitu manusia, hewan yang dapat terinfeksi atau dipengaruhi oleh agen.
Misalnya balita dan anak usia berisiko tinggi terifeksi cacing
3. Lingkungan
adalah faktor eksternal yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan
perumahan kumuh, polusi udara, air dan udara; lingkungan kerja yang tidak
nyaman; tingkat sosial ekonomi yang rendah; pendidikan masyarakat yang rendah;
terbatasnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan; letak fasilitas pelayanan
kesehatan yang jauh dari pemukiman penduduk dan sebagainya.
e. teori System.
sistem secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1) Sistem sebagai
suatu wujud
Apabila
bagian-bagian yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu wujud yang
ciri-cirinya dapat dideskripsikan dengan jelas. Sistem wujud dapat di bedakan
atas dua macam yaitu :
a. Sistem sebagai suatu wujud yang konkret
b. Sistem sebagai suatu wujud yang abstrak
2) Sistem sebagai
suatu metode
Apabila bagian-bagian yang terhimpun
dalam sistem tersebut membentuk suatu metode yang dapat digunakan sebagai alat
dalam melakukan pekerjaan administrasi.
- Ciri-ciri sistem
Menurut Elias M. Awad (1979)
Sistem bukanlah
sesuatu yang berada diruanghampa melainkan selalu berinteraksi dengan
lingkungan. Bergantung pada pengaruh interaksi dengan lingkungan tersebut
sistem di bedakan atas dua maacam yaitu :
a. Sistem bersifat
terbuka
b. Sistem bersifat
tertutup
- Unsur-unsur sistem
sistem terbentuk
atas bagian atau elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi.
1) Masukan (input) adalah
kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan
untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
2) Proses (proces) adalah
kumpulan bagian yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah
masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
3) Keluaran (output) adalah
kumpulan bagian yang dihasilkan dari berlangsungnya proses sistem
4) Umpan balik (feed
back) adalah kumpulan bagian yang merupakan keluaran dari sistem
sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
5) Dampak (impact) adalah
akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem
6) Lingkungan (environment) adalah
dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem, tetapi mempunyai pengaruh
besar terhadap sistem.
Sebuah sistem
merupakan kumpulan dari berbagai komponen. Komponen tersebut saling berhubungan
dan merupakan bagian dari suatu tujuan umum untuk membentuk satu kesatuan. Ada
dua jenis sistem, yaitu terbuka dan tertutup. Sistem terbuka, seperti organ
tubuh manusia atau suatu proses seperti proses keperawatan, interaksi dengan
lingkungan, serta perubahan antara sistem dan lingkungan. Sistem tertutup,
seperti reaksi kimia dalam suatu tabung uji tidak berhubungan dengan
lingkungan. Layaknya semua sistem, proses keperawatan mempunyai tujuan khusus.
Tujuan proses keperawatan adalah ubtuk mengatur dan menyampaikan pendekatan
individual kepada asuhan keperawatan.
Sebagai suatu
sistem, proses keperawatan mempunyai komponen-komponen, berikut :
1) Masukan
masukan
dalam proses keperawatan adalah data atau informasi yang berasal dari
pengkajian klien (misalnya bagaimana klien berhubungan dengan lingkungan dan
fungsi fisiologis klien).
2) Hasil
hasil
merupakan produk akhir dari sistem dan dalam hal proses keperawatan adalah
dimana status kesehatan klien mengalami kemajuan atau tetap stabil sebagai
hasil asuhan keperawatan.
3) Umpan balik
Umpan balik berperan untuk memberikan informasi sebuah sistem
tentang bagaimana sistem berfungsi. Sebagai contoh, dalam proses keperawatan
hasil menggambarkan respons klien terhadap intervensi keperawatan.
4) Isi
Isi adalah produk dan informasi yang berasal dari sistem. Selain
itu, penggunaan proses keperawatan sebagai sampel, isi merupakan informasi
tentang pelayanan keperawatan untuk klien dengan masalah kesehatan tertentu.
Sebagai contoh, klien dengan gangguan mobilitas memerlukan kebutuhan dan
intervensi perawatan kulit ( misalnya higienis dan pengaturan perubahan posisi
tubuh) yang dapat mengurangi resiko terjadinya ulkus akibat tekanan.
Beberapa teori
keperawatan menggunakan sistem teori sebagai dasar. Sebagai contoh. Neuman
(1995) menggambarkan sebuah model manusia keseluruhan dan pendekatan sistem
terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berhubungan dengan lingkungan.
Lingkungan eksternal maupun internal, dan interaksi manusia terhadap tekanan
lingkungan, dapat mempengaruhi kesejahteraan klien.
f. konsep Berubah.
Banyak definisi pakar tentang berubah
, dua diantaranya yaitu :
1) Berubah merupakan
kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan
sebelumnya (Atkinson,1987)
2) Berubah merupakan
proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi
(Brooten,1978)
Ada empat tingkat perubahan yang perlu
diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku
kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya. Maka
pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat
berguna. Hersey dan Blanchard (1977) menyebutkan dan mendiskusikan empat
tingkatan perubahan.
1) Perubahan pertama
dalam pengetahuan cenderung merupakan perubahan yang paling mudah dibuat karena
bisa merupakan akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen. Sedangkan
perubahan sikap biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan
atau negatif. Karenanya perubahan sikap akan lebih sulit dibandingkan dengan
perubahan pengetahuan.
2) perilaku individu.
Misalnya seorang manajer mungkin saja mengetahui dan mengerti bahwa keperawatan
primer jauh lebih baik dibandingkan beberapa model asuhan keperawatan lainnya,
tetapi tetap tidak menerapkannya dalam perilakunya karena berbagai alasan,
misalnya merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
3) Perilaku kelompok
merupakan tahap yang paling sulit untuk diubah karena melibatkan banyak orang .
Disamping kita harus merubah banyak orang, kita juga harus mencoba mengubah
kebiasaan adat istiadat, dan tradisi juga sangat sulit.
4) Dari sikap yang
mungkin muncul maka perubahan bisa kita tinjau dari dua sudut pandang yaitu
perubahan partisipatif dan perubahan yang diarahkan. Perubahan Partisipatif
akan terjadi bila perubahan berlanjut dari masalah pengetahuan ke perilaku
kelompok. Pertama-tama anak buah diberikan pengetahuan, dengan maksud mereka
akan mengembangkan sikap positif pada subjek. Karena penelitian menduga bahwa
orang berperilaku berdasarkan sikap-sikap mereka maka seorang pemimpin akan
menginginkan bahwa hal ini memang benar. Sesudah berprilaku dalam cara tertentu
maka orang-orang ini menjadi guru dan karenanya mempengaruhi orang lain untuk
berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.
- Respon Terhadap
Suatu Perubahan
Faktor-faktor yang
akan merangsang penolakan terhadap perubahan misalnya, kebiasaan, kepuasan akan
diri sendiri dan ketakutan yang melibatkan ego. Orang-orang biasanya takut
berubah karena kurangnya pengetahuan, prasangka yang dihubungkan dengan
pengalaman dan paparan dengan orang lain serta ketakutan pada perlunya usaha
yang lebih besar untuk menghadapi kesulitan yang lebih tinggi. Beberapa contoh
ketakutan yang mungkin dialami seseorang dalam suatu perubahan antara lain :
1) Takut karena tidak
tahu
2) Takut karena
kehilangan kemampuan, keterampilan atau keahlian yang terkait dengan
pekerjaannya
3) Takut karena
kehilangan kepercayaan / kedudukan
4) Takut karena
kehilangan imbalan
5) Takut karena
kehilangan penghargaan,dukungan dan perhatian orang lain.
- Perawat Sebagai
Pembaharu
Menurut Oslan dalam
Kozier (1991) mengatakan perawat sebagai pembaharu harus menyadari kebutuhan
sosial, berorientasi pada masyarakat dan kompeten dalam hubungan interpersonal.
Pembaharu juga perlu memahami sikap dan perilakunya, bagaimana ia menjalin
kerjasama dengan orang lain dan bagaimana perasaannya terhadap perubahan
tersebut.Maukseh dan Miller dalam Kozier menyebutkan karakteristik seorang
pembaharu adalah :
1) Dapat mengatasi/
menaggung resiko. Hal ini berhubungan dengan dampak yang mungkin muncul akibat
perubahan.
2) Komitmen akan
keberhasilan perubahan. Pembaharu harus menyadari dan menilai kefektifannya
3) Mempunyai
pengetahuan yang luas tentang keperawatan termasuk hasil-hasil riset dan
data-data ilmu dasar, menguasai praktik keperawatan dan mempunyai keterampilan
teknik dan interpersonal.
Fungsi pembaharu
sangat penting dalam memfasilitasi komunikasi yang efektif dalam proses
berubah, agar efektif seorang pembaharu sebaiknya :
1) Mudah ditemui oleh
mereka yang terlibat dalam proses berubah
2) Dapat diercaya oleh
mereka yang terlibat
3) Jujur dan
tegas dalam menetapkan tujuan, perencanaan dan dalam mengatasi masalah
4) Selalu melihat
tujuan dengan jelas
5) Menetapkan tanggung
jawab dari mereka yang terlibat
6) Menjadi pendengar
yang baik
g. Konsep holistik care : caring, holisme,
humamise.
- Konsep Holistic Care
Holistic merupakan salah satu konsep
yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis,
psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Holistik terkait dengan kesejahteraan
(Wellnes).
Untuk mencapai kesejahteraan terdapat
lima dimensi yang saling mempengaruhi
yaitu:
1) fisik,
2) emosional,
3) intelektual,
4) sosial.
5) dan spiritual.
Untuk mencapai
kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah
kemampuan beradaptasi terhadap stimulus.
- Perbedaan Konsep
Holistic Care Dengan Konsep Ilmiah Lainnya
Pandangan medis
ilmiah hanya melihat hal-hal fisik saja dalam penanganan penyakit ataupun
pencegahannya. Namun pandangan holistik berpendapat bahwa semua aspek
fisik, mental, emosional, dan spiritual berpengaruh terhadap pemeliharaan
kesehatan, datangnya penyakit, maupun dalam upaya penyembuhan dari sakit.
- Konsep Caring
Sebuah perilaku perawatan yang
didasari dari beberapa aspek diantaranya :
1) Human altruistic
(mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan),
2) Menanamkan
kepercayaan-harapan,
3) Mengembangkan kepekaan
terhadap diri sendiri dan orang lain,
4) Pengembangan bantuan
dan hubungan saling percaya,
5) Meningkatkan dan
menerima ungkapan perasaan yang positif dan negatif,
6) Sistematis dalam metode
pemecahan masalah
7) Pengembangan pendidikan
dan pengetahuan interpersonal,
8) Meningkatkan dukungan,
perlindungan mental, fisik, sosial budaya dan lingkungan spiritual
9) Senang membantu kebutuhan manusia,
10) Menghargai kekuatan
eksistensial-phenomenologikal.
- Konsep Holisme
Holisme adalah
filsafat yang menganggap manusia sebagai suatu kesatuan yang berfungsi dan
bukan gabungan dari beberapa system Pikiran dan tubuh bukan merupakan
bagian yang terpisah, tetapi merupakan satu bagian yang utuh, dan apabila
terjadi sesuatu pada salah satunya maka akan berpengaruh pada keseluruhan.
- Konsep Humanisme
Humanisme adalah
suatu gerakan filosofis yang berfokus pada alam dan hakikat manusia sebagai
individu. Teori humanistik percaya bahwa manusia memiliki potensi diri
untuk sehat dan kreatif, jika kita mau menerima tanggung jawab bagi kehidupan
diri kita sendiri. Humanisme merupakan salah satu gerakan filosofis utama yang
melandasi teori-teori mutakhir mengenai praktik keperawatan
Pelayanan Keperawatan.
terimah ksh ats ilmunya...
BalasHapusmantap banget ilmunya kak. terima kasih ya
BalasHapus