Selasa, 19 September 2017

JURNAL Hubungan Mekanisme Koping Dengan Kejadian Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Ruang Hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi 2017

PDF JURNAL Hubungan Mekanisme Koping Dengan Kejadian Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Ruang Hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi 2017

https://drive.google.com/file/d/0B11h-ILVO2fXWHZaVk5RSWx4Yzd3c0RCNFVzQXl0a2V0T204/view?usp=sharing


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Tahun 2017

ABSTRAK

HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN KEJADIAN DEPRESI
PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODIALISA DI RUANG
HEMODIALISA RSUD RADEN
MATTAHER JAMBI 2017

Baso Abdul Hamit, dibawah bimbingan  :
Ns. Rahmi Dwi Yanti, M.Kep *) dan Salvita Fitrianti, SKM, MKM**)

Gagal ginjal kronik merupakan gangguan renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia. Pasien yang menjalani hemodialiasi terus-menerus akan menimbulkan masalah fisik dan psikologis, pasien harus memiliki upaya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya yang dikenal dengan mekanisme koping. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan mekanisme koping dengan kejadian depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi 2017.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Populasi sebanyak 124 responden dan sampel dipilih menggunakan teknik purposive samplingsebanyak 32 responden. Analisis yang digunakan univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-square. Penelitian ini dilaksanakan di ruang hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi pada tanggal 29 Juli – 12 Agustus 2017.
Gambaran mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik sebanyak 22 (68,8%) responden mempunyai mekanisme koping adaptif dalam menjalani hemodialisa dan kejadian depresi pasien gagal ginjal kronik sebanyak 24 (75%) responden tidak depresi dalam menjalani hemodialisa.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan mekanisme koping dengan kejadian depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi 2017 dengan nilai p-value 0,000 (p<0,05).
Diharapkan kepada perawat diruang hemodialisa dapat meningkatkan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang bukan hanya biologisnya saja namun lebih ditekankan pada psikologis dan spiritual dan memotivasi pasien untuk terus berpikir positif tentang kondisinya saat ini sehingga pasien terhindar dari masalah kesehatan lainnya seperti kesehatan psikologis.

Kata Kunci      : Mekanisme Koping, Kejadian Depresi, Gagal Ginjal Kronik
Daftar pustaka : 41 (2001-2017)
*) Pembimbing I
**) Pembimbing II








The College of Health Science Baiturrahim
Nurse study program
Year 2017

ABSTRACT
THE CORRELATION OF COPING MECHANISMS WITH DEPRESSION LEVELS IN PATIENTS WITH CHRONIC RENAL FAILURE UNDERGOING HEMODIALYSIS IN HEMODIALYSIS
ROOM RSUD RADEN MATTAHER
JAMBI 2017

Baso Abdul Hamit, under supervision
Ns. Rahmi Dwi Yanti, M.Kep*) and Salvita Fitrianti, SKM, MKM**)
           
Chronic renal failure is a progressive renal disorder and irreversible where the body's ability fails to maintain metabolism and Fluid and electrolyte balance, Causing uremia. Patients undergoing continuous hemodialysis will cause physical and psychological problems,patients must have the efforts to resolve its problems known as a coping mechanism. This study aimed to determine the correlation of coping mechanisms with depression levels in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis in hemodialysis room RSUD Raden Mattaher Jambi 2017. 
This is a quantitative research by using Cross Sectional method. Data obtained by using questionnaire. The populations were 124 respondents and samples were 32 respondents, it used purposive sampling technique. It analyzed as univariate and bivariate by using Chi-square test. This study was conducted in hemodialysis room RSUD Raden Mattaher Jambi on July 29th – August 12th 2017.   
The description of the coping mechanisms of patients with chronic renal failure as many as 22 (68.8%) have adaptive coping mechanism in undergoing hemodialysis and depressed levels of renal failure patients as many as 24 (75%) respondents were not depression in undergoing hemodialysis. The findings indicated that there are the coping mechanisms with depression levels in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis in hemodialysis room RSUD Raden Mattaher Jambi 2017 with score p-value 0.000 (p<0.05).
  It is expected to nurses in the hemodialysis room can increase nursing care as a whole not only biological but also  More emphasized On psychological and spiritual and motivate patients to continue to think positively about the current condition so patients avoid other health problems such as psychological health.
           
Key note         : Coping Mechanism, Depression, Chronic renal failure
Reference        : 41 (2001 - 2017)
*) Advisor I
**) Advisor II









LATAR BELAKANG
Setiap individu menginginkan hidup yang sehat hingga akhir hayatnya. Namun dengan pola hidup yang kurang sehat dapat menimbulkan individu tersebut mengalami penurunan kesehatan maupun mengidap penyakit yang tidak diinginkan. Penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable disease) sebagai masalah kesehatan masyarakat utama di negara maju atau berkembang, termasuk negara Indonesia yang termasuk dalam salah satu negara berkembang. Salah satu penyakit yang meningkat setiap tahunnya adalah penyakit gagal ginjal kronik (Nurani & Mariyanti, 2013).
Gagal ginjal adalah ketidakmampuan ginjal untuk mengeksresikan zat sisa (sampah) tubuh, memekatkan urin dan menyimpan elektrolit (Wong dkk, 2009). Sedangkan gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah. Pasien dikatakan mengalami gagal ginjal kronik apabila terjadi penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) yakni < 60 ml/menit/1.73 m selama > 5 bulan (Muttaqin dan Sari, 2011).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) (2013), secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik, sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup dengan cuci darah (hemodialisa). Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika misalnya 26 juta orang dewasa tahun 2013 memiliki gagal ginjal kronik dan jutaan lainnya berada pada peningkatan resiko (National Kidney Foundation, 2013).

Menurut International Society of Nephrology (ISN) dan International Federation of Kidney Foundation (IFKF) yaitu lembaga yang mendirikan World Kidney Day , jumlah pasien penderita gagal ginjal kronik pada tahun 2025 diperkirakan akan terus meningkat di Asia Tenggara, Mediterania dan Timur Tengah serta Afrika mencapai lebih dari 380 juta orang. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, peningkatan proses penuaan, urbanisasi, obesitas dan gaya hidup yang tidak sehat (Oxtavia dkk, 2013).
Berdasarkan data dari RISKESDAS (2013) prevalensi penyakit ginjal kronik sesuai diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2%. Diurutan pertama ditempati oleh Sulawesi Tengah dengan prevalensi 0,5%, di ikuti oleh Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara dengan prevalensi 0,4%. Sementara NTT, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur masing-masing memiliki prevalensi sebesar 0,3%. Selanjutnya data dari PT. Askes menunjukkan jumlah penderita gagal ginjal kronik di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 23.261 orang, sedangkan pada tahun 2012 terjadi peningkatan yaitu 24.141 orang (Manguma dkk, 2014).
Provinsi Jambi merupakan salah satu Provinsi yang ada di Indonesia dengan beberapa rumah sakit. Prevalensi pasien gagal ginjal kronik di salah satu rumah sakit pendidikan dan pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten di Jambi yaitu RSUD Raden Mattaher Jambi terus mengalami peningkatan tiap tahunnya ini terlihat dari banyak pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi.
Berdasarkan data yang di peroleh dari rekapitulasi rekam medik ruang hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi, jumlah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dari tahun 2014 sampai pada bulan Februari 2017 mengalami peningkatan jumlah pasien.
Jumlah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2014 jumlah pasien yang menjalani hemodialisa sebanyak 1039 orang, tahun 2015 berjumlah 1547 orang, tahun  2016  berjumlah 1552 orang dan tahun 2017 bulan Januari dan Februari berjumlah 242 orang.
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan renal yang progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Haryono, 2013). Kerusakan pada ginjal membuat sampah metabolisme dan air tidak dapat lagi dikeluarkan. Dalam kadar tertentu sampah tersebut dapat meracuni tubuh kemudian menimbulkan kerusakan jaringan bahkan kematian (Nurani & Mariyanti, 2013). Penumpukan ureum dalam darah (uremia) dapat meracuni semua organ termasuk otak sehingga menimbulkan masalah yang cukup kompleks dan membutuhkan tindakan keperawatan yang komprehensif (Agustina dan Dewi, 2013).
Pasien gagal ginjal kronik memerlukan berbagai penanganan medis, diantaranya adalah hemodialisa, dialysis peritonial atau hemofiltrasi,pembatasan cairan dan obat untuk mencegah komplikasi serius, hingga transplantasi ginjal. Salah satu tindakan medis pada pasien yang mengalami GGK yaitu hemodialisa (Wong dkk, 2009). Bagi penderita gagal ginjal kronik, hemodialisaakan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisatidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal. Pasien akan tetap mengalami sejumlah permasalahan dan komplikasi serta adanya berbagai perubahan pada bentuk dan fungsi sistem dalam tubuh (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Agustina dan Dewi, 2013).
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Dialisis bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal (Haryono, 2013).
Frekuensi hemodialisa tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa tetapi sebagian besar penderita menjalani hemodialisa sebanyak 2 kali per minggu, optimalnya tiap cuci darah 3 sampai 5 jam sekali dalam seminggu (Haryono, 2013). Menurut Caninsti (2013) pasien gagal ginjal kronik selalu ketergantungan pada mesin dialisa atau harus melakukan hemodialisa seumur hidup. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kehidupan pasien diantaranya perubahan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Efek fisik dapat menimbulkan kelelahan, sakit kepala dan biaya yang dikeluarkan cukup mahal, kondisi seperti ini akan menyebabkan pasien menjadi pesimis dan beranggapan hidup tidak akan bertahan lama. Sebagai kepala keluarga pasien akan kehilangan sumber pendapatanya karena tidak mampu bekerja seperti biasanya sehingga tidak sedikit pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa banyak yang merasa putus asa. Keputusasaan akan pengobatan seumur hidup inilah yang membuat pasien gagal ginjal kronik depresi serta melakukan tindakan bunuh diri.
Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisamengalami berbagai masalah yang timbul akibat tidak berfungsinya ginjal. Keadaan tersebut muncul setiap waktu hingga akhir kehidupan. Hal ini menjadi stressorfisik yang berpengaruh pada berbagai dimensi kehidupan pasien yang meliputi bio, psiko, sosio, spiritual. Kelemahan fisik yang dirasakan seperti mual, muntah, nyeri, lemah otot, edemaadalah sebagian dari manifestasi klinik dari pasien yang menjalani perawatan hemodialisa.Ketidakberdayaan serta kurangnya penerimaan diri pasien menjadi faktor psikologis yang mampu mengarahkan pasien pada kecemasan, tingkat stress bahkan depresi (Ratnawati, 2011).
Pada pasien gagal ginjal kronik kondisi tubuh yang melemah dan ketergantungan pada mesin-mesin hemodialisa sepanjang hidupnya akan menyebabkan pasien dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian diri secara terus menerus sepanjang hidupnya, keadaan tersebut dapat menimbulkan perasaan tertekan dan tidak nyaman bahkan dapat berujung pada munculnya gangguan mental seperti depresi pada pasien gagal ginjal kronik (Azahra, 2013 dalam Fitriyani dkk, 2014). Pengobatan dalam jangka waktu yang lama tidak hanya 1-2 bulan saja namun sampai seumur hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa tentu saja menimbulkan perubahan seperti perilaku penolakan, marah, perasaan takut, rasa tidak berdaya, putus asa, depresi bahkan bunuh diri (Chanafie, 2010).
Menurut Fitriyani dkk (2014) bahwa tingginya kejadian depresi pada pasien gagal ginjal kronik disebabkan berbagai faktor yang berhubungan dengan kehidupan sosial, psikologis dan mekanisme biologi. Pengobatan hemodialisa secara rutin dan perubahan status kesehatan akan berpengaruh terhadap adanya putus asa, dan menginduksikan kejadian depresi pasien gagal ginjal kronik. Salah satu faktor yang berhubungan dengan depresi adalah reaksi terhadap stress dan terlalu lelah atau capek karena menguras tenaga dan fisik. Individu dengan hemodialisa jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual, depresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan menghadapi kematian.
Pada kondisi yang memaksa seseorang untuk rutin menjalani hemodialisa dan ketidakpastian periode lamanya terapi tersebut dijalani merupakan stressor yang kuat untuk memicu terjadinya depresi. Selain itu, seorang pasien dengan gagal ginjal kronis juga masih menanggung pikiran tentang proses perjalanan penyakit yang dialaminya seperti, gejala-gejala yang ditimbulkan penyakit, komplikasi penyakit dan terapi dialisa, batasan makan dan minum yang merupakan bagian dari terapi, masalah finansial, psikologis dan psikososial (Pratiwi, 2013).
Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa harus memiliki cara atau upaya dalam menyelesaikan masalah yangdihadapinya yang sering dikenal dengan mekanisme koping. Mekanismekoping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan serta respon terhadap situasi yang mengancam. Individu dapat menanggulangi stres dan depresi dengan menggunakan sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal (Lestari, 2014).
Mekanisme koping yang digunakan individuterhadap penyakit bisa mencoba merasa optimisterhadap masa depan, menggunakan dukungansosial, menggunakan sumber spiritual, mencobatetap mengontrol situasi atau perasaan,danmencoba menerima kenyataan yang ada. Mekanisme koping yang digunakan oleh pasien gagal ginjal kronik dalam menjalani terapi hemodialisa akan mempengaruhi respon koping terhadap masalah yang dihadapinya. Mekanisme koping individu bisa adaptifatau maladaptif tergantung faktor yangmempengaruhinya baik dari internal maupun eksternal. Mekanisme koping adaptif merupakanrespon koping yang baik tetapi jika mekanisme koping pasien maladaptif dapat memperburukkondisinya (Samsudin, 2014).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis tanggal 10 Juni 2017 dengan mewawancari 6 pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, hasil wawancara didapatkan bahwa 4 dari 6 responden mengatakan baru menjalani cuci darah (hemodialisa)  sudah 3 bulan cuci darah dengan frekuensi hemodialisa 2 kali dalam seminggu, responden mengatakan adanya perasaan tidak percaya diri  dan kehilangan semangat dengan cuci darah (hemodialisa) yang dijalaninya saat ini, perasaan itu dirasakan sejak pertama kali menjalani cuci darah sampai saat ini pun sama seperti cuci darah sebelumnya. Selain itu mereka merasa tidak berguna dengan kondisinya yang banyak mengalami perubahan dan sering berpikir apakah dengan cuci darah dapat mempertahankan hidupnya. 2 dari 4 responden tersebut mengatakan sering menyendiri dan banyak tidur  serta menonton tv dalam menghadapi permasalahan yang ada selama menjalani cuci darah (hemodialisa) dan 2 responden lainnya mengatakandengan makan banyak dan tarik nafas panjang.
Selanjutnya 2 dari 6 responden mengatakan sudah menjalani cuci darah (hemodialisa) sudahkuranglebih 5 bulan dengan frekuensi hemodialisa 2 kali dalam seminggu, responden mengatakan bahwa saat pertama kali menjalani cuci darah mereka mengatakan sangat gelisah dan cemas karena harus menjalani cuci darah yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Mereka mengatakan sering terbangun dimalam hari karena nyeri yang dirasakan setelah cuci darah, akan tetapi setelah cuci darah yang ± 1 bulan perasaan itu mulai berkurang. Responden juga mengatakan saat ini mereka lebih banyak berserah diri Kepada Allah SWT dan menganggap kondisinya saat ini adalah cobaan yang diberikan Allah berusaha untuk tetap sembuh dengan menjalani hemodialisa serta sering berbicara dengan pasien lain yang telah lama menjalani cuci darah dengan berbagi pengalaman selama menjalani cuci darah.



METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan kejadiandepresi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi 2017. Desain penelitian dalam penelitian ini yaitu cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi berjumlah 124responden dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 32responden yang dipilih dengan menggunakan tekhnik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Juli – 12 Agustus 2017. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Ruang Hemodialisa RSUD Raden  Mattaher Jambi 2017

Umur
Jumlah
Persentase(%)
1
Remaja Akhir (17-25)
2
6,2
2
Dewasaawal (26-35)
7
21,9
3
Dewasaakhir (36-45)
12
37,5
4
Lansiaawal (46-55)
7
21,9
5
Lansiaakhir (56-65)
4
12,5

Total
32
100
              Berdasarkan tabeldiatas diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan umur ditemukan paling banyak pada umur dewasa akhir (36-45) tahun sebanyak 12 (37,5%) responden dan paling sedikit ditemukan pada umur remaja akhir (17-25) tahun sebanyak 2 (6,2%) respondendi Ruang Hemodialisa RSUD Raden  Mattaher Jambi 2017.
            Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang  Hemodialisa RSUD Raden  Mattaher Jambi 2017
No
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase (%)
1
Laki-laki
17
53,1
2
Perempuan
15
46,9

Total
32
100
            Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa distribusi responden berdasarkan jenis kelamin yaitu paling banyak laki-laki sebanyak 17 (53,1%) responden dan perempuan sebanyak 15 (46,9%) responden di Ruang  Hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi 2017. Secara umum setiap penyakit dapat menyerang laki-laki maupun perempuan termasuk juga penyakit gagal ginjal kronik. Pada penelitian ditemukan responden paling banyak berjenis kelamin laki-laki yang mana gagal ginjal kronik itu sendiri dapat disebabkan oleh faktor genetika, gaya hidup atau keadaan fisiologis lainnya (Budiarto dan Anggraeni, 2002 dalam Dani dkk, 2015).

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Ruang  Hemodialisa RSUD Raden  Mattaher Jambi 2017
No
Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
SD
8
25
2
SMP
4
12,5
3
SMA
16
50
4
DIII
1
3,1
5
S1
3
9,4

Total
32
100
            Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan pendidikan ditemukan paling banyak pasien berpendidikan SMA sebanyak 16 (50%) responden dan paling sedikit berpendidikan DIII sebanyak 1 (3,1%) respondendi Ruang  Hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi 2017. Kebanyakan pasien gagal ginjal kronik berpendidikan SMA, yang mana pendidikan yang di emban seseorang dapat mempengaruhi mengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2013) yang mengatakan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA.

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Ruang  Hemodialisa RSUD Raden  Mattaher Jambi 2017
No
Pekerjaan
Jumlah
Persentase (%)
1
IRT
13
40,6
2
Petani
3
9,4
3
Swasta
9
28,1
4
PNS/Guru
3
9,4
5
Buruh
3
9,4
7
Pelajar
1
3,1

Total
32
100
            Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan pekerjaan ditemukan paling banyak pasien bekerja sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) 13 (40,6%)responden dan paling sedikit sebagai pelajar sebanyak 1 (3,1%) respondendi Ruang Hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi 2017. Penyakit gagal ginjal kroniktidak dipengaruhi oleh pekerjaan pasien. Akan tetapi pasien gagal ginjal kronik yang bekerja sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) akan lebih patuh menjalani pengobatan khususnya terapi hemodialisa karena pasien yang bekerja sebagai IRT tidak terikat oleh suatu pekerjaan lainnya, sehingga memungkinkan pasien lebih fokus dan rutin dalam menjalani hemodialisa.

Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuanuntukmengetahuigambaranmasing-masingvariabel yang diteliti. Adapunvariabel yang ditelitiantaralain mekanisme koping dan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi 2017.
           






           
            Distribusi Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Ruang Hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi 2017

No
Mekanisme Koping
Jumlah
Persentase (%)
1
Adaptif
22
68,8
2
Maladaptif
10
31,2

Total
32
100
            Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa dari 32 responden, 22 (68,8%) responden mempunyai mekanisme koping adaptif dalam menjalani hemodialisa dan 10 (31,2%) responden mempunyai mekanisme koping maladaptif dalam menjalani hemodialisa. Responden yang memiliki mekanisme koping adaptif akan berdampak positif terhadap terapi hemodialisa itu sendiri, pasien akan menerima semua perubahan yang terjadi dengan kondisi sakitnya saat ini dan berusaha untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya.
DistribusiKejadian Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Ruang Hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi 2017
No
Kejadian Depresi
Jumlah
Persentase(%)
1
Tidak Depresi
24
75
2
Depresi
8
25

Total
32
100
            Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa dari 32 responden, 24 (75%) responden tidak depresi dalam menjalani hemodialisa dan 8 (25%) responden depresi dalam menjalani hemodialisa. Banyaknya responden yang tidak depresi dalam menjalani hemodialisa dapat mempengaruhi kemajuan pengobatan terutama dalam terapi hemodialisa untuk pasien gagal ginjal kronik, pasien akan lebih terpacu dan semangat untuk mencapai kesembuhannya.


Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berhubungan dengan variabel dependen yaitu hubungan mekanisme koping dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi 2017, maka dilakukan analisa bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi-square dengan hasil sebagai berikut :
Hubungan Mekanisme Koping Dengan KejadianDepresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Ruang Hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi 2017

No
Mekanisme Koping
Kejadian Depresi Dalam Menjalani Hemodialisa
Jumlah
P-Value
Tidak Depresi
Depresi
N
%
N
%
N
%
1
Adaptif
21
95,5
1
4,5
22
100

0,000
2
Maladaptif
3
30
7
70
10
100

Total
24
75
8
25
32
100
            Berdasarkan hasil analisa tabel diatas menunjukkan bahwa dari 32 responden, 22 responden mekanisme koping adaptif yang terdiri 21 (95,5%) responden tidak depresi dalam menjalani hemodialisa dan 1 (4,5%) responden depresi dalam menjalani hemodialisa. Sedangkan 10 responden mekanisme koping maladaptiyang terdiri dari 3 (30%) tidak depresi dalam menjalani hemodialisa dan 7 (70%) responden depresi dalam menjalani hemodialisa menjalani hemodialisa. Hal ini memperlihatkan bahwa adanya responden yang mempunyai mekanisme koping adaptif akan tetapi depresi menjalani hemodialisa ini disebabkan oleh sumber koping yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh responden seperti keyakinan atau pandangan positif dan dukungan sosial, responden tidak mampu mengembangkan mekanisme koping yang adaptif sehingga responden tidak dapat menanggulangi depresinya. Sedangkan responden yang mempunyai mekanisme koping maladaptif akan tetapi tidak depresi menjalani hemodialisa ini disebabkan oleh kemampuan responden dalam memahami kondisi maladaptifnya yang tidak mampu memecahkan masalah dengan mengubah perasaan dan hubungan interpersonalnya dengan mencari makna positif dari masalah yang tidak dapat diselesaikannya. Menurut Asmadi (2008) penggunaan mekanisme koping menjadi efektif bila didukung oleh keyakinan diri sendiri sehingga mampu menanggulangi stressor yang muncul.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan mekanisme koping dengan kejadian depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi 2017, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.                  Mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik sebanyak 22 (68,8%) responden mempunyai mekanisme koping adaptif dalam menjalani hemodialisa.
2.                  Kejadian depresi pasien gagal ginjal kronik sebanyak 24 (75%) responden tidak depresi dalam menjalani hemodialisa.
3.                  Ada hubungan mekanisme koping dengan kejadian depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan nilai p0,000.


SARAN
1.                  Bagi RSUD Raden Mattaher Jambi
Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan bahan masukan dan informasi bagi rumah sakit dalam memberikan sarana dan prasarana yang optimal bagi pasien yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi. Selain itu diharapkan rumah sakit dapat menambah jumlah tenaga kerja perawat di ruang hemodialisa dengan perbandingan yang seimbang antara jumlah klien dengan jumlah perawat sehingga perawat dapat menjalankan asuhan keperawatan secara optimal dan dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
2.                  Bagi Perawat Di Ruang Hemodialisa
Perawat di ruang hemodialisa diharapkan dapat meningkatkan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang bukan hanya biologisnya saja namun lebih ditekankan pada psikologis dan spiritual pada pasien gagal ginjal kronik seperti memberikan penyuluhan kepada pasien tentang sumber koping yang dapat dimanfaatkan pasien gagal ginjal kronik dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam menjalani hemodialisa. Selain itu perawat diharapkan mampu memotivasi pasien untuk terus berpikir positif tentang kondisinya saat ini misalnya berpikir bahwa dengan menjalani hemodialisa secara teratur dapat mempertahankan kesehatannya. Dengan begitu pasien gagal ginjal kronik tetap mampu menjalani aktivitasnya sehari-hari dan pasien terhindar dari masalah kesehatan lainnya seperti kesehatan psikologis.
3.                  Bagi Pasien
Pasien yang menjalani hemodialisa diharapkan mampu memahami dengan baik tentang hemodialisa itu sendiri, sehingga pasien dapat memecahkan masalah yang timbul secara efektif terkait dengan hemodialisa yang dijalaninya saat ini dan pasien mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan mekanisme koping yang adaptif.
4.                  Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan atau informasi tambahan untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan variabel yang berbeda seperti hubungan lamanya menjalani hemodialisa dengan mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A. 2010. Penyakit Di Usia Tua. EGC. Jakarta

Agustina, K dan K.T. Dewi. 2013. Strategi Coping Pada Family Caregiver Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialis. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. Surabaya

Armiyati, Y dan D.A. Rahayu. 2014. Faktor Yang Berkorelasi Terhadap Mekanisme Koping Pasien CKD Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Kota Semarang. Jurnal Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan; Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika. Jakarta

Bararah, T dan M. Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan Jilid II. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta

Bayhakki. 2010. Klien Gagal Ginjal Kronik. EGC. Jakarta

Bombay, E.M. 2016. Hubungan  Tingkat Depresi Dengan Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta. Jurnal Keperawatan UMY. Yogyakarta

Cahaya, N. 2008. Hemodialisa (Cuci Darah) : Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal. Mitra Cendikia Press. Yogyakarta

Caninsti, R. 2013. Kecemasan dan Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Psikologi Ulayat. Jakarta Pusat

Chanafie. 2010. Mengatasi Dampak Psikologis Pasien Gagal Ginjalwww.ikcc.or.id . Diakses Tanggal 3 Maret 2017

Chandra, F., M.T. Sari., I. Indrawati., Z. Zein dan N.E Saputra. 2015. Buku Pedoman Penulisan Skripsi Dan Karya Tulis Ilmiah STIKBA. STIKBA. Jambi

Dani, R., G. Utami, dan T. Bayhakki. 2015. Hubungan Motivasi, Harapan, dan Dukungan Petugas Kesehatan Terhadap Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik Untuk Menjalani Hemodialisis. Jurnal Keperawatan Universitas Riau. Riau

Fitriyani, E.N., S.A. Winarti dan Sunarsih. 2014. Konsep Diri dengan Kejadian Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jurnal Ners dan Kebidanan Imdonesia. Yogyakarta

Haryono, R. 2013. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan. Rapha Publishing. Yogyakarta

Hawari, D. 2001. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. FKUI. Jakarta

Hidayat, A.A. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2. Nuha Medika. Jakarta

Kaplan, H.I., B.J. Sadock dan J.A. Grebb. 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid Satu. Bina Rupa Aksara. Jakarta

Lestari, T. 2014. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta

Manguma, C., G. Kapantow dan W.B.S. Joseph. 2014. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pasien GGK Yang Menjalani Hemodialisis di BLU RSUP Prof. Dr. D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan. Manado

Muttaqin, A dan K. Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Salemba Medika. Jakarta

Muktadin.2002. KonsepKopingdalamPelayananKeperawatan.Jakarta:EGC

Nasir,  A dan A. Muhith.  2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan  Teori. Salemba  Medika. Jakarta

National Kidney Foundation. 2013. About Chronic Kidney Disease.http://www.kidney.org/kidneydisease/aboutckd.cfm . Diakses Tanggal 3 Maret 2017

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Nurani, V.M dan S. Mariyanti. 2013. Gambaran Makna Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Universitas Esa Unggul. Jakarta

Oxtavia, V., Jumaini dan W. Lestari. 2013. Hubungan Citra Tubuh Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Universitas Riau. Riau

Pratiwi, D.T. 2013. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa  Di Ptpn X Rumah Sakit Gatoel Mojokerto. Jurnal Medica Majapahit

Price, S.A dan L.M.C. Wilson. 2006. Konsep Klinis Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. EGC. Jakarta

Ratnawati. 2011. Tingkat Kecemasan Pasien Dengan Tindakan Hemodialisa Di BLUD RSU Dr M.M Dunda Kabupaten Gorontalo. Jurnal Keperawatan. Gorontalo

Rekam Medik RSUD Raden Mattaher Jambi. 2017. Data Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Ruang Hemodialisa RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2014-2017. Jambi

Samsudin, M. 2014. Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Di RSUD Gambiran Kediri. Midwifery Journal

Smeltzer, C.S dan B.G. Bare. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. EGC. Jakarta

Sudoyo, A.W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid II. FKUI. Jakarta

Suliswati., T.A. Payapo., J. Maruhawa., Y. Sianturi dan Sumijatun. 2012. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta

Sumiat, dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. TIM. Jakarta.

Stuart, G.W. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. EGC. Jakarta

Williams, L dan Wilkins. 2011. Nursing: The Series For Clinical Excellence Memahami Berbagai Macam Penyakit. Indeks. Jakarta

Widiyati, S. 2016. Hubungan Mekanisme Koping Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di BangsalTeratai RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Skripsi

Wong, D.L., M.H. Eaton., D. Wilson., M.L. Winkelstein dan P. Schwartz. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediartik Edisi 6 Vol. 2. EGC. Jakarta

Wurara, Y., E. Kanine dan F. Wowiling. 2013. Mekanisme koping pada pasien Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RS Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Jurnal Keperawatan Unsrat. Manado














Tidak ada komentar:

Posting Komentar